KIBARKAN MERAH PUTIHKU, KOBARKAN SEMANGATKU!


10 November merupakan salah satu peringatan terpenting dan bersejarah di Kota Surabaya. Perjuangan demi perjuangan dan perlawanan demi perlawanan telah dilakukan oleh para pejuang kita di Kota Pahlawan ini, demi menyelamatkan pedoman bangsa. Mereka tak pernah peduli hidup atau mati. Yang mereka tahu dan mereka inginkan, hanya untuk berusaha menegakkan bendera merah putih dengan penuh semangat dan keberaniannya. Sampai titik darah penghabisanpun mereka rela berkorban demi Sang Merah Putih. Walaupun banyak rintangan yang dihadapi, tetapi mereka tak pernah kenal lelah dan patah semangat, karena mereka yakin bahwa bangsa mereka mampu bangkit di bawah siksaan dan jajahan tentara Belanda maupun Inggris.
Kita perlu memperingati Hari Pahlawan ini dengan Upacara Bendera ataupun dengan memakai pakaian para pahlawan. Hal ini dilakukan untuk menghormati dan menghargai jasa para pahlawan yang telah gugur karena perjuangannya membela bangsa tercinta kita ini. Tidak hanya dibuktikan dengan kata-kata, tetapi perlu dicerminkan dalam perilaku sehari-hari.
Khususnya di sekolah saya, telah diadakan Upacara Penurunan Bendera untuk memperingati Hari Pahlawan tepatnya pada tanggal 10-November-2012. Hal ini dilakukan karena ingin mewujudkan rasa cinta tanah air kepada perjuangan bangsa Indonesia dalam menegakkan kebenaran dan sebagai wujud semangat berbangsa dan bernegara. Saya yang akrab dipanggil Tiara, juga ikut serta menghormati jasa-jasa pahlawan itu.
Malam hari sebelum upacara esok hari, saya berusaha menyiapkan persiapan pakaian untuk esok hari. Saya merasa kebingungan, karena pakaian apa yang akan saya pakai. Ibu saya berusaha mencari pinjaman pakaian di tetangga-tetangga saya, yang berprofesi sesuai Hari Pahlawan.  Dan akhirnya, Ibu saya mendapatkan dua buah pakaian, yaitu pakaian tentara dan pakaian dokter.
“Kamu akan memakai pakaian yang mana?” ujar ibu kepadaku.
“Kira-kira pakaian yang lebih pantas untukku, apa Bu?” tanyaku kebingungan.
“Ya kalau Ibu sih terserah padamu saja. Tetapi lebih baik kau memakai pakaian dokter saja.” tanggapan Ibu untukku.
“Mengapa Ibu berkata seperti itu? Apa alasannya, Bu?” kataku penuh senyum.
“Menurut Ibu, dahulu wanita tidak berperan penting dalam perjuangan. Kaum wanita hanya berperan pada medis ataupun berdiam diri di rumah. Jadi lebih baik kau memakai pakaian dokter saja, menyesuaikan dengan kaum wanita jaman dahulu.” jawab Ibu padaku.
“Oh begitu ya Bu, kalau begitu saya akan memakai pakaian dokter saja. Terima kasih atas sarannya Bu.” ujarku dengan senyuman manis.
Setelah mendapat saran dari Ibu, saya merasa percaya diri dan bersemangat untuk memakai pakaian dokter itu. Keesokan harinya pun saya memakai pakaian itu dengan pin merah putih  yang saya pakai di dada bagian kiri pakaian dokter saya.
Sembari Ibu berkata “Kau cantik dan menawan sekali jika memakai pakaian dokter itu. Ibu melihat, seperti ada jiwa kedokteran di dalam dirimu.”
Hehe Ibu bisa saja. Menghayal sekali.” jawabku sambil tertawa kecil.
“Tidak, ini kenyataan, Nak. Apalagi dengan pin merah putih yang kau pakai. Ibu sangat takjub sekali melihatnya.” ujar Ibu kepadaku
“Ada apa dengan pin merah putih yang ku pakai, Bu? Ada yang salah kah?” tanyaku sambil melihat pin merah putihku.
“Tidak sama sekali. Ibu hanya bangga denganmu, karena kau masih ingat dengan sejarah-sejarah para pejuang kita. Dan ingat satu lagi ya Tiara, jiwa patriotisme dan nasionalisme harus selalu ada di benakmu. Kau harus bisa jadi penerus bangsa yang membanggakan nusantara.” jawab Ibu dengan berbisik pelan.
“Baiklah Bu, akan selalu Tiara ingat pesan-pesan Ibu.” sahutku dengan tersenyum lebar.
Ketika saya sampai di sekolah, saya melihat begitu banyak bukti cinta tanah air warga SMK Negeri 1 Surabaya terhadap sejarah bangsa Indonesia. Hal itu dapat dibuktikan dari semua kalangan, baik guru maupun siswa yang memakai pakaian para pahlawan. Mulai dari pakaian para pejuang, pakaian para medis, sampai pakaian kaum wanita jaman dahulu pun, semua tertumpah di SMK Negeri 1 Surabaya ini. Saya merasa bangga dengan semua itu.
Lewatlah bel masuk sekolah dan bel istirahat, akhirnya aba-aba upacara akan dimulai pun telah berkumandang. Salah satu guru saya pun mengatakan, “Peserta upacara harap memasuki lapangan dan membentuk barisan, karena sesaat lagi upacara akan dimulai.”
Akhirnya saya dan teman-teman yang lain, memasuki lapangan dan membentuk suatu barisan. Setelah semua terkumpul, upacara penurunan bendera pun dimulai. Upacara diawali dengan persiapan upacara dari pemimpin dan pembina upacara. Yaitu yang pertama, pemimpin upacara yang memasuki lapangan upacara. Yang kedua, pembawa upacara membacakan urutan-urutan upacara. Dan pelaksanaan upacara pun dimulai dan dilakukan dengan hikmat oleh peserta upacara. Bukan hanya itu, ketika penurunan bendera pun juga dilaksanakan dengan tertib dan benar oleh petugas maupun peserta upacara. Tidak lupa dinyanyikannya lagu indonesia raya, mengheningkan cipta, padamu negeri, dan lain sebagainya. Upacara dilakukan sampai selesai dengan baik.
Setelah upacara selesai, saya berbincang-bincang dengan teman saya. Sebut saja, Salsa.
Salsa bertanya kepadaku, “Menurutmu bagaimana upacara hari ini”
“Sangat menyenangkan tentunya. Kalau menurutmu bagaimana?” ujarku sambil menatap matanya.
“Ya sama sih. Dan tentunya saya bangga sekali, bisa mengikuti upacara bendera pada hari ini.” tambahnya.
“Memangnya kenapa, sampai kau bisa bangga seperti itu?” kataku kepada gadis cantik ini.
“Karena menurutku, jika hal yang bersejarah dan sangat bernilai artinya ini, kalau dilewatkan, sangatlah rugi untuk diri sendiri. “ tanggapan Salsa.
“Ya, kau benar sekali. Apa yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan kita, sesungguhnya sangat tak sebanding dengan apa yang kita perjuangkan saat ini. Maka dari itu, perjuangan mereka dalam membela negara, patut dihargai dan dihormati makna keberanian dan makna perjuangannya.” kataku panjang lebar.
“Tentunya. Dan satu lagi yang tidak boleh kita lupakan.” ujar Salsa.
“Apa itu, Sal?” tanyaku penuh dengan rasa penasaran.
“Kasih tau gak ya?” ejek Salsa padaku, sambil tertawa kecil.
“Kasih tau dong. Apa kau tega kalau aku mati penasaran?” sahutku dengan lantang.
Hahaha, apakah harus segitunya ya? Baiklah akan ku beri tahu.” kata Salsa.
“(sambil menunggu dan sangat tidak sabar mendengar apa yang akan diucapkan oleh Salsa)” suasana hatiku sambil menatap mata Salsa dengan penuh tanda tanya.
“Tentunya, kita sebagai generasi penerus bangsa, harus mempunyai semangat cinta tanah air dan jangan pernah sekalipun kita merusak nama bangsa dengan bermalas-malasan ataupun tidak mempunyai pandangan hidup ke depan yang lebih cerah.” tambahnya lagi.
“Ya, kau benar sekali. Saya setuju dengan pendapatmu. Dan tentunya saya ingin membuktikan bahwa saya merupakan generasi penerus bangsa yang baik dan peduli akan sejarah 10 November.” ujarku dengan penuh semangat.
“Sangat baik kalau seperti itu. Saya juga ingin membuktikannya.” jawab Salsa.
“Ah kau ini bisanya hanya tiru-tiru saya saja.” ucapanku sambil tersenyum.
Hehehe. Tetapi komitmenku memang seperti itu, Tiara.” jawabnya untukku.
“Ya, saya mengerti itu.”kataku dengan senyuman.
Ketika saya sedang berbincang-bincang dengan Salsa, saya menjadi teringat kata-kata guru saya, yang lebih akrab di panggil Pak Cheby. Saya teringat motivasi beliau yang mampu menggugah pikiran dan hati nurani saya.
Beliau berkata, “Jangan pernah kalian menyerah dan patah semangat dalam hal menuntut ilmu, hanya karena kondisi keluarga kalian yang kurang beruntung. Gunakanlah kemiskinanmu itu sebagai motivasimu untuk terus maju dalam menghadapi rintangan hidup. Dan paculah diri kalian untuk selalu mencapai pintu gerbang kesuksesan. Yakinlah, bahwa dunia saksinya. Dan jangan pernah kalian lupa untuk selalu mengibarkan bendera merah putih layaknya kalian mengobarkan semangatmu.”
“Bapak ini seperti Mario Teguh saja. Quotes nya benar-benar mendalami. Tetapi saya suka itu, Pak. Hehehe.” kataku sambil tertawa kecil.
“Tetapi benar kan? Satu lagi yang harus kalian tau.” jawabnya dengan tegas.
“Apa itu, Pak?” sahut Salsa.
“Kalian harus menghindari sex, pergaulan bebas, minuman keras, apalagi mencoba-coba narkoba. Jangan sampai semua hal negatif itu terjadi pada diri kalian ya, Nak. Tugas kalian hanya belajar dengan rajin dan sungguh-sungguh, agar kalian bisa membahagiakan orang tua kelak dewasa nanti.” kata Pak Cheby sambil menatap mata muridnya.
“Baik, Pak. Saya yakin itu tidak akan pernah terjadi, selama saya masih bisa untuk menjaga diri.” tambah Salsa.
“Ya, bagus sekali itu.” ujar Pak Cheby kepada Salsa.
Dalam hati saya berkata, “Saya juga yakin, bahwa saya mampu untuk mencapai kesuksesan. Tidak akan pernah ada kata lelah untuk selalu berusaha. Karena yang saya mengerti, selama kita mau untuk berusaha dalam mendapatkan sesuatu, pasti akan selalu ada jalan keluarnya. Dan orang tua adalah salah satu penyemangat dan motivasi saya untuk selalu tertanam keyakinan, bahwa saya mampu membuktikan kepada Sang Merah Putih bahwasannya saya adalah penerus bangsa yang mempunyai jiwa patriotisme. Dan tentunya, hal-hal negatif itu yang akan saya singkirkan dalam benak saya.”
“Hei tiara” sahut Salsa sambil menepuk pundak saya.
“Hah? Ada apa?” jawabku agak sedikit kaget dan kebingungan.
“Kau kenapa? Melamun ya? Hehe” godaan Salsa padaku.
Hehe iya, Sal. Tapi melamun dalam hal positif.” jawabku.
“Yakin? Baguslah kalau seperti itu. Memangnya kau melamunkan apa?” tanya Salsa.
“Iya, Sal. Saya hanya sedikit berpikir, bagaimana mewujudkan cinta tanah air yang sensungguhnya?” tambahku dengan penuh senyuman.
“Ya itu mudah. Tentunya kita sebagai generasi penerus bangsa, harus berusaha untuk mewujudkan cinta tanah air dengan cara, belajar dengan tekun, menjaga kelestarian lingkungan, tidak memilih-memilih teman, berbakti pada nusa dan bangsa, dan selalu berbakti pada orang tua (Ibu, Bapak, Guru).” jelasnya panjang lebar.
“Oh, seperti itu ya. Baik, saya akan buktikan itu.”sahutku dengan penuh semangat.
“(tersenyum lebar)” bahasa tubuh Salsa padaku.
Mungkin motivasi itu akan selalu tertanam di benak saya. Saya selalu berusaha untuk mewujudkan semua itu lewat usaha dan kerja keras saya. Dan tentunya, untuk semua generasi bangsa, saya hanya ingin berpesan, jangan pernah kalian untuk menyia-nyiakan kesempatan dan nilai sejarah bangsa kita. Karena bagaimanapun, kita harus menghargai jasa para pahlawan yang telah berjuang hidup atau mati demi bangsa kita. Tanpa mereka, Merah Putih tidak akan pernah bisa untuk ditegakkan.
Dan bersyukurlah, kita mampu melihat bendera merah putih dengan utuh. Walaupun merah putih telah dikibarkan, jangan pernah kalian lupa untuk selalu mengobarkan semangat, kapanpun dan dimanapun kalian berada.
“Kita harus terus semangat ya, Sal, dalam hal apapun itu. Jangan sampai kita mengecewakan apa yang telah di perjuangkan oleh bangsa kita.” kataku kepada Salsa.
“Ya, benar sekali. Semangat itu akan selalu ada di dalam diri saya. Walaupun badai menghadang, tetapi rasa pesimis itu akan selalu saya buang jauh-jauh.” jawab Salsa sedikit menghayati.
“Oke, saya juga berusaha seperti itu. Sal, yuk nanti malam kita belajar bersama.” ajakku pada Salsa.
“Belajar bersama? Wah boleh juga tuh. Saya juga ingin belajar Matematika denganmu. Kau kan pakar matematika. Hahaha.” sahut Salsa sambil tertawa terbahak-bahak.
“Ah, kau ini bisa saja! Yuk kita pulang saja. Hari sudah mulai sore nih” kataku sedikit menggertak.
“Ayo, Tiara.” ajaknya sambil menyeret tanganku.
Akhirnya pada malam hari, saya belajar bersama Salsa. Walaupun belajar dengan serius, tetap saja diselingi dengan bercandaannya. Hal itu yang tidak akan pernah saya lupakan dengannya. Karena saya merasakan, begitu harmonisnya pertemananku dengan Salsa. Seperti keharmonisan bangsa Indonesia yang tak pernah leleh dan tak pernah lekang oleh waktu. Walaupun begitu banyak gejolak yang dihadapi, tetapi satu yang harus selalu diingat dan harus selalu ditanamkan dalam benak setiap orang. Majulah Indonesiaku, Majulah Jiwaku!

Komentar

Postingan Populer